Kamis, 25 Oktober 2012

Kecil Orangnya Besar Nyalinya

KECIL ORANGNYA BESAR NYALINYA
Nats          : 1 Samuel 17:1-52
Renungan   : Kim Hong Nathan       

Selama 40 hari, sesumbar kesombongan Goliat mencemoohkan barisan pasukan perang Israel bukan tanpa dasar. Perkataan intimidasinya adalah fakta yang meyakinkan semua pihak bahwa sang raksasalah yang unggul. Posturnya yang tinggi besar, perlengkapan senjatanya, dan pengalaman perangnya sebagai tanda supremasi bagi dirinya. Kenyataan inilah yang membuat Goliat menantang orang Israel mengirimkan satu orang prajurit terbaiknya untuk menghadapi pertarungan face to face. Semua orang Israel sudah keok, termasuk raja Saul. Tidak punya nyali lagi.

Sampai tampilnya Daud, seorang kecil namun besar nyalinya, berani melawan sang jawara Goliat. Tentu saja kedatangan Daud ke medan perang tidak dipandang sebelah mata oleh si raksasa angkuh itu. Bahkan abangnya Daud pun menyindir keberaniannya hanya taktik mendapatkan tiket tontongan  gratis sebuah perang kolosal (28). Pertarungan hidup dan mati antara Daud versus Goliat adalah pertempuran berat sebelah. Tidak seimbang Namun, peperangan yang tampak menggelikan itu justeru mempertaruhkan nama baik kedua keduabelah pihak, bangsa Filistin dan bangsa Israel. Secara kasat mata, jujur saja, kalau pada hari bersejarah itu kita hadir, kita bakal menjagokan Goliat sebagai juaranya. Apalagi bagi para penjudi tinju, pasti pegang Goliat. Diperkirakan pasar taruhan 100:1.

Diluar dugaan, ternyata pertarungan itu dimenangkan oleh Daud. Bagaimana bisa Daud meraih kemenangan melawan Goliat? Kita akan melihat beberapa faktor penentu kesuksesan  Daud memenangkan pertaruangan akbar tersebut:

I.   Pertarungan bebas (10)
10  Pula kata orang Filistin itu: "Aku menantang hari ini barisan Israel; berikanlah kepadaku seorang, supaya kami berperang seorang lawan seorang."

Goliat adalah seorang prajurit tinggi besar dan petarung hebat, lengkap dengan persenjataan perangnya (4-7). Kepada Daud dikenakan pakaian perang raja Saul, tapi tidak cocok baginya. Berat pakaian perang raja Saul mengekang kelenturan gerakan Daud (38-39). Bagi Daud, pengalaman berkelahinya adalah melawan binatang buas dalam bentuk petarungan bebas (34-36). Kebebasan bergerak itu juga yang diinginkan Daud untuk melawan manusia buas dari Filistin. Tantangan bertarung face to face, satu lawan satu, merupakan satu keuntungan bagi Daud. Tampaknya, bilamana senjata ali-alinya berada dikerumunan massa tidak akan berguna. Di hadapan raja Saul, Daud mengemukakan kebebasan berpikir dan bependapat: "Aku tidak dapat berjalan dengan memakai ini, sebab belum pernah aku mencobanya." Kemudian ia menanggalkannya (39). Dalam keadaan darurat, Saul mengijinkan Daud bebas dengan caranya sendiri, agar rakyat Israel terlepas dari masalah besar.

Kebebasan dan mengeluarkan pendapat bila dikekang akan  menghambat kreatifitas. Pada zaman Soeharta banyak pihak merasa terbelenggu kreatifitasnya. Memasuki masa reformasi justeru banyak pihak menyayangkan reformasi yang kebablasan. Intinya adalah boleh bebas tapi jangan kelewat batas. Gunakan kebebasan sebagai strategi membela rakyat dan bangsa. Kebebasan berpikir untuk mengembangkan kreatifitas dan produktifitas bagi kemajuan bangsa.

Bagi Daud, membela kepentingan rayat segera dimulai.

II.  Keahlian menggunakan alat perang (40)
40 Lalu Daud mengambil tongkatnya di tangannya, dipilihnya dari dasar sungai lima batu yang licin dan ditaruhnya dalam kantung gembala yang dibawanya, yakni tempat batu-batu, sedang umbannya dipegangnya di tangannya. Demikianlah ia mendekati orang Filistin itu.

Keahlian menggunakan alat perang bagi seorang petarung mutlak dibutuhkan. Kemahiran Goliat menggunakan alat perang tidak diragukan lagi. Prestasi besarnya menciutkan nyali bangsa Israel. Bagi Goliat, kemenangan melawan seorang kecil seperti Daud bukan sebuah prestasi yang patut dibanggakan. Senjata Daud bukan peralatan perang lazimnya. Daud tidak lebih seperti seorang tukang gebuk anjing dengan sebatang tongkat dan ali-alinya. Tidak ada apa-apanya! Goliat meremehkan si kecil bernyali besar.

Tahun 2012, Pemilihan Gubernur DKI tahap II bagaikan Goliat vs Daud. Yang satu didukung partai raksasa, dan satu pihak lain cuma si kecil bernyali besar.

Psikologi Goliat itu cenderung juga menjangkiti pemimpin rohani senior, suka meremehkan sang junior. Bertindak semau gue dan sok kuasa. Barang siapa yang mengkritik dan tidak setuju dengan kebijakannya akan dianggap sebagai musuhnya. Ciri-ciri seorang pemimpin yang menganggap partnernya sebagai seorang musuh adalah: (1) Apabila ada masalah intern tidak ada kemauan mengclearkan problemnya, malah mendiamkan si pengkritik supaya tidak nyaman dengan sikapnya dengan harapan mawas diri untuk undur diri dari kelompoknya; (2) Tidak pernah merasa berbuat kesalahan, dan apabila melakukan kesalahan enggan meminta maaf; (3) Mengangkat dirinya sebagai pemegang kekuasaan tunggal dan merasa organisasi yang dipimpinnya adalah milik kepunyaannya sendiri. Jika seorang pemimpin jemaat, pemimpin yayasan dan organisasi apapun namanya, bahkan pemimpin politik didapati punya ciri-ciri demikian, maka dia adalah seorang penderita kejiwaan.

Kepada seorang pemimpin, Tuhan memberikan kepada tiap-tiap orang karunianya yang khas. Jika karunia anda seorang pengajar jangan memaksakan diri menjadi pemimpin jemaat. Gunakan keahlian anda sebagai guru dan dosen mengajar. Jika karunia penginjil jadilah penjala jiwa. Jika talenta anda seorang politikus jadilah seorang penyuara kebenaran. Dengan demikian, karunia dan talenta atau keahlian anda berguna sesuai dengan fungsinya.

Kelalaian seorang pembesar suka meremehkan si kecil bernyali besar. Keberanian seseorang mengkritisi kepemimpinannya sering disalah artikan sebagai niat menjatuhkan kewibawaanya.

Daud memilih senjata sesuai keahliannya, ali-ali.

III. Menjaga jarak pertempuran (41)
40 Lalu Daud mengambil tongkatnya di tangannya, dipilihnya dari dasar sungai lima batu yang licin dan ditaruhnya dalam kantung gembala yang dibawanya, yakni tempat batu-batu, sedang umbannya dipegangnya di tangannya. Demikianlah ia mendekati orang Filistin itu. 41 Orang Filistin itu kian dekat menghampiri Daud dan di depannya orang yang membawa perisainya.

Strategi Daud selanjutnya adalah menjaga jarak. Bagi Daud, pertempuran jarak dekat tidak akan menguntungkan baginya. Senjatanya tidak mendukung itu. Daud bukan pendekar Sholin yang bisa mengerahkan tenaga dalamnya mengubah seutas tali menjadi sekeras besi. Daud adalah seorang pengumban. Keahliannya melontarkan peluru ali-ali harus mempertimbangkan faktor ketepatan jarak lontar.  Dalam pertarungan jarak rapat senjata ali-ali tidak berguna. Mereka saling mendekat, namun Daud tetap menjaga jarak yang cukup untuk suatu pertempuran sesuai kegunaan senjatanya.

Kita perlu menjaga jarak pergaulan dengan orang-orang fasik. Jangan sampai kita yang terbawa arus pergaulan dan dibinasakan oleh kelicikan mereka. Senjata mereka adalah tipu muslihat untuk melawan kebenaran. Politikus di negeri ini sudah banyak mewarnai perselingkuhan partai politik melawan hati nurani rakyat. Anggota partai terpilih diharapkan membela kepentingan wong cilik justeru jatuh ke dalam skandal mega korupsi gila-gilaan. Pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik (1Kor 15:33).

Daud menjaga jarak agar pelurunya melesat tepat mengenai sasaran.

IV. Menunggu waktu yang tepat (48-49)
48 Ketika orang Filistin itu bergerak maju untuk menemui Daud, maka segeralah Daud berlari ke barisan musuh untuk menemui orang Filistin itu.49  lalu Daud memasukkan tangannya dalam kantungnya, diambilnyalah sebuah batu dari dalamnya, diumbannya, maka kenalah dahi orang Filistin itu, sehingga batu itu terbenam ke dalam dahinya, dan terjerumuslah ia dengan mukanya ke tanah.

Waktu adalah faktor penting bagi Daud menentukan kapan ia boleh bertindak. Kesempatan yang tiba di antara waktu belum tentu datang untuk kedua kalinya. Waktu yang tepat adalah saat yang tepat untuk bertindak. Daud menunggu moment itu, dan inilah saatnya ia bergerak memanfaatkan kesempatan itu. Lewat sedikit waktu saja, maka gagallah usahanya. Bagi Daud waktu tidak boleh disia-siakan. Ia harus bergerak cepat agar tidak terdapat ruang rapat antara Daud dengan Goliat. Bagi seorang prajurit pelaksana menyelasaikan suatu pekerjaan ditentukan berapa banyak waktu yang dibutuhkan. Dalam satu operasi militer faktor waktu menentukan kesuksesan sebuah misi.

Kita semua hidup berpacu dengan waktu. Menyia-nyiakan waktu yang memberi kesempatan kita berkarya adalah satu tindakan bodoh. Melewatkan waktu menanam akan menuai kenihilan! Perang sesungguhnya adalah perang melawan ketidak adilan. Perang sejatinyanya adalah mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. 14 tahun sudah reformasi di negeri ini, akankah para pemimpin negeri ini membuang waktu dan kesempatan yang Tuhan berikan kepadanya untuk sebuah karya kemanusiaan?

Segala sesuatu indah pada waktunya (Pengkotbah 3:11). Akan terasa indah meski memerlukan waktu 100 tahun untuk membangun kembali negeri nan permai ini asal disertai dengan kejujuran dan keadilan. Jujur dan adil adalah dasar dari segala kebenaran.

Demikianlah Daud mengalahkan orang Filistin itu dengan umban dan batu; ia mengalahkan orang Filistin itu dan membunuhnya, tanpa pedang di tangan (50).

Daud menggengam kesempatan emas di antara waktu yang terus berjalan.

Ke -4 faktor penting inilah yang dimanfaatkan oleh Daud berperang melawan ketidak adilan. Walau masalah yang dihadapinya adalah seorang besar dan punya pengaruh militer yang luar biasa, namun demi membela kebenaran bangsanya ia dipaksa mengeluarkan seluruh kebaraniannya. Dan TUHAN Yang Mahaesa menyertai orang yang takut akan Dia. Demikianlah Daud berikhtiar: “dan supaya segenap jemaah ini tahu, bahwa TUHAN menyelamatkan bukan dengan pedang dan bukan dengan lembing. Sebab di tangan Tuhanlah pertempuran dan Iapun menyerahkan kamu ke dalam tangan kami" (47).

Demikianlah sebuah bangsa, membutuhkan seorang pemimpin bernyali besar mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Biar kecil orangnya yang penting bernyali besar.


Selamat hari Minggu, selamat berbakti kepada TUHAN
Berkat TUHAN atas umat-Nya

Sumber: https://www.facebook.com/editnote.php?draft&note_id=457954834224939&id=100000303535693
 


Kesanggupan Allah

KESANGGUPAN ALLAH
Nats                   : Daniel 3:8-30
Renungan           : Kim Hong Nathan


Renungan Firman Tuhan minggu ini terambil dari Kitab Daniel 3:8-30 mengisahkan  panasnya suhu politik dan kepercayaan di tengah-tengah mayoritas. Lebih parahnya lagi, Sadrak, Mesakh dan Abednego, mereka hidup dinegeri pembuangan. Hidup di tengah-tengah mayoritas bagaikan burung dalam sangkar. Semua gerak-gerik kita selalu diawasi dengan rasa curiga. Apalagi bila menyangkut kepercayaan bisa-bisa nyawa menjadi taruhannya. Alkisah, nyawa tiga sahabat itu sedang terancam karena para seteru mereka menggunakan agama sebagai kendaraan politiknya. Mereka menghasut Raja Nebukadnezar agar membuat patung dirinya terbuat dari emas dan mengangkat dirinya sebagai Dewa bagi semua orang. Siapapun yang butuh sesuatu harus meminta kepada Raja, denga syarat sujud menyembah terhadap patung Raja. Siasat licik politikus orang Kasim tersebut sukses besar, semua orang memberi diri menyembah berhala sang Raja. Ketika Raja sedang bangga menyaksikan semua orang menyembah patung dirinya, datanglah beberapa menterinya membawa kabar kejutan  bagi sang Raja. Berita itu disampaikan:

8Pada waktu itu juga tampillah beberapa orang Kasdim menuduh orang Yahudi. 9Berkatalah mereka kepada raja Nebukadnezar: "Ya raja, kekallah hidup tuanku! 10Tuanku raja telah mengeluarkan titah, bahwa setiap orang yang mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, harus sujud menyembah patung emas itu, 11dan bahwa siapa yang tidak sujud menyembah, akan dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. 12 Ada beberapa orang Yahudi, yang kepada mereka telah tuanku berikan pemerintahan atas wilayah Babel, yakni Sadrakh, Mesakh dan Abednego, orang-orang ini tidak mengindahkan titah tuanku, ya raja: mereka tidak memuja dewa tuanku dan tidak menyembah patung emas yang telah tuanku dirikan." 13Sesudah itu Nebukadnezar memerintahkan dalam marahnya dan geramnya untuk membawa Sadrakh, Mesakh dan Abednego menghadap. Setelah orang-orang itu dibawa menghadap raja, 14berkatalah Nebukadnezar kepada mereka: "Apakah benar, hai Sadrakh, Mesakh dan Abednego, bahwa kamu tidak memuja dewaku dan tidak menyembah patung emas yang kudirikan itu? 15Sekarang, jika kamu bersedia, demi kamu mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, sujudlah menyembah patung yang kubuat itu! Tetapi jika kamu tidak menyembah, kamu akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?" 16Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. 17Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; 18tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."

Di bawah tekanan penguasa, tiga orang Yahudi itu diperhadapkan dengan dua pilihan:Kompromi dengan dosa atau menerima hukuman mati. Hebatnya, mereka pilih putus nyawa daripada murtad dari iman yang benar. Lalu, singkat cerita  kesanggupan Allah menyelamatkan mereka dari hukuman mati.

Kehidupan orang percaya senantia dibayang-bayangi persoalan antara hidup dan mati. Pada saat kita mengalaminya kita perlu pertolongan dari Allah yang sanggup menyelamatkan umat-Nya. Bagaimanakah Kemahakuasaan Allah mampu menyelamatkan mereka? Dalam perkara ini, pertolongan Allah datang karena terpenuhinya syarat-syarat orang beriman menurut standar Allah.

  I.   Mereka dapat bertanggung jawab atas imannya (16)
Sebagai orang beriman, Sadrak, Mesak dan Abednego sudah teruji dalam hal integritasnya sebagai pejabat pemerintahan yang bersih dan jujur. Allah ingin agar orang-orang beriman hidup sebagai anak-anak terang, memberi kesaksian hidup yang memuliakan nama-Nya. Ini penting! Percuma saja mengaku sebagai orang beriman namun hidupnya tidak sesuai dengan ajaran agamanya. Siapapun anda, para elite politik di negeri ini, kami butuh orang-orang yang punya integritas memimpin bangsa ini. Ketika kita didakwa karena kebenaran, maka keteladanan dan integritas kita akan menjadi saksinya. Ketika Raja Nebukadnezar meminta pertanggungjawaban atas ingkarnya tiga orang Yahudi menyembah patung emas buatan raja, bagi Sadrak, Mesakh, dan Abednego cukup berkata: "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini.” Raja Babel bukan tidak tahu siapa tiga orang Yahudi itu. Mereka adalah orang yang sungguh-sungguh beriman kepada Allah Israel. Kinerja mereka sudah terbukti. Sebagai pejabat pemerintah, mereka bekerja dengan penuh tanggung jawab. Pangkat dan jabatan mereka bukan hasil kompromi sana sini. Bukan hasil lobi-lobi jual beli kekuasaan. Tetapi Prestasi dan  integritas mereka yang membuat Raja mengangkat mereka sebagai pejabat tinggi di istananya. Raja sendiri melihat kemajuan negaranya. Tentu saja, hal tersebut membuat iri hati bagi orang-orang berkarakter penjilat, asal bapa senang.

Oleh karena itu, sebagai orang beriman, mereka berkata: “Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini.” Bagi mereka tidak perlu banyak bicara lagi, tetapi biarlah Raja melihat sendiri bagaimana prestasi kerja mereka yang bersih dan jujur. Tidak ada kompromi dengan prilaku korupsi.

Tetapi fakta tersebut ditolak oleh Raja karena perintah Raja sudah terlanjur menjadi hukum, tidak bisa ditarik lagi. Semua orang harus mendewakan Raja, tidak terkecuali bagi Sadrak, Mesakh dan Abednego harus menyembah patung besar itu, kalau tidak mau akan dihukum mati.

Bagaikan makan buah simalakama!

 II.  Berserah pada kedaulatan Allah (17)
Untuk menyelamatkan mukanya dihadapan rakyatnya, kepada pejabatnya yang dianggap membangkang perintahnya, Raja menawarkan win-win solution: “Sekarang, jika kamu bersedia, demi kamu mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, sujudlah menyembah patung yang kubuat itu! Tetapi jika kamu tidak menyembah, kamu akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?" Keteguhan iman mereka diuji.

Demi sebuah kebenaran, mereka menjawab tawaran Raja: “Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja” (17).

Dalam segala hal, Allah yang berdaulat atas kehidupan umat-Nya. Semua keputusan mutlak ada di tangan Tuhan. Tidak ada seorangpun yang bisa mendikte Allah atas keputusan-Nya. Dalam situasi terdesak, Sadrak, Mesakh dan Abednego menyerahkan sepenuhnya kepada kedaulatan Allah. Apakah Allah akan menyelamatkannya atau akan membiarkan tubuhnya dimakan api. Mengetahui adanya kedaulatan Tuhan ini sangat penting bagi kita agar kita terhindar dari fanatisme buta bahwa Allah pasti dan selalu mau melakukan semua keinginan kita. Dengan kata lain, Allah bisa kita dikte, dan Allah beralih profesi menjadi pembantu manusia.

Mereka yang tidak teguh imannya akan mudah menukar imannya karena adanya ancaman dari pihak agama tertentu. Tidak sedikit orang mendapat ancaman kedudukannya akan digeser atau tidak bisa naik pangkat karena anda seorang Kristen. Mereka yang tidak teguh imannya buru-buru segera menggantinya ke agama tertentu.  Ketegaran iman Sadrak, Mesakh dan Abednego  patut menjadi contoh keteladanan iman Kristen. Dalam situasi terjepit, sepenuhnya berserah kepada kedaulatan Tuhan.

Orang beriman yang baik adalah orang yang mau dipimpin oleh Roh Allah. Masuk dalam rencana-Nya yang indah. Sekalipun berkalang tanah takkan mundur menghadapinya demi kebenaran.

III.  Berani berkata tidak terhadap dosa (18)
Berani berkata “tidak” kepada kompromi yang menyebabkan dosa tidak gampang. Ya, memang sulit! Soal hidup dan matinya mata pencarian saja sudah begitu menyulitkan kita, apalagi menyangkut soal keselamatan nyawa kita. Tetapi bagi Sadrak, Mesakh dan Abednego, berani berkata “Tidak” adalah harga mati. Dari mulut mereka terdengar ucapan iman yang berkualitas: “Tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."

Rasul-rasul Kristus tidak ada yang selamat dari pedang. Mereka meregang nyawa demi kebenaran Injil. Ada yang dipancung. Ada yang dikuliti. Ada yang disalib, bahkan ada yang dibakar. Mereka tidak diselamatkan oleh Allah seperti Allah meloloskan tiga orang sahabatnya Dainel. Hanya Rasul Yohanes seorang  yang mati dalam masa tuanya. Yang satu diselamatkan, tetapi yang lain diijinkan-Nya menjadi martir. Biarkanlah Allah bekerja menurut keputusan kedaulatan-Nya!

Kualitas iman akan terbukti ketika seseorang menghadapi krisis kehidupan.


Pengalaman Sadrak, Mesakh Abednego bisa jadi mirip-mirip dengan pengalaman anda. Siapapun anda, dimanapun anda berada disuatu Negara atau perusahaan, tantangan selalu ada. Misalnya di Indonesia, katanya, untuk menjadi seorang pemimpin nomor 1 orang persebut harus beragama tertentu, sedangkan Negara Indonesia bukan Negara Agama. Dengar-dengar, jika benar, untuk mudahnya menduduki kursi pejabat dan mudahnya memperoleh fasilitas Negara seseorang agar  beragama tertentu. Kondisi ini menciptakan tukar menukar kepercayaan menjadi biasa. Yang penting semua bisa diatur. Soal menyembah patung emas dianggap formalitas saja. Sudah berapa banyak para pejabat menukar agamanya demi kepentingan tertentu? Atau mereka yang rela mengubah identitas agamanya di KTP agar mendapat pengobatan gratis? Atau demi sebuah pekerjaan? Atau karena pernikahan? Mereka yang membuat propaganda tersebut prilakunya mirip dengan menteri orang Kasim. Mereka yang kekurangan prestasi cenderung menghasut pemerintah dengan menggunakan agama sebagai tujuan politiknya.

Tetapi bagi orang beriman, memandang Tuhan Allah lebih dari sanggup memelihara hidupnya. Masa-masa sukar akan dilewatinya dengan penuh iman kepada-Nya. Tidak tergoyahkan.


                Selamat hari Minggu, selamat berbakti kepada Tuhan.
                Tuhan Yesus Memberkati


Sumber: https://www.facebook.com/notes/kimhong-nathan/kesanggupan-allah/452911258062630


Selasa, 23 Oktober 2012

Yesus Bukan Manusia Biasa

Yesus Bukan Manusia Biasa

Nats                   : Markus 2:1-12
Renungan           : Kim Hong Nathan

1 Kemudian, sesudah lewat beberapa hari, waktu Yesus datang lagi ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia ada di rumah. 2  Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintupun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka, 3  ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. 4  Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. 5  Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!" 6  Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: 7  "Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?" 8  Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? 9  Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan? 10  Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa"  —  berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu  — : 11  "Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" 12  Dan orang itupun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: "Yang begini belum pernah kita lihat."


Perkataan, pengetahuan dan perbuatan seseorang membentuk jati dirinya “Siapakah dia?” Siapakah anda, akan sangat dipengaruhi dari ucapan, pengetahuan dan karya anda. Integritas Orang-orang Besar dan Berpengaruh Sepanjang Masa dinilai oleh ketiga unsur penting ini, yaitu perkataan, intelek dan karyanya. Namun demikian, mereka mengaku hanya adalah manusia biasa saja. Mereka menjadi besar karena ada kemauan belajar, pantang menyerah dan berusaha mencapai sukses.

Sebuah buku berjudul "100 Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sejarah”, oleh pengarangnya, Michael H. Hart, yang disusun pada tahun 1978, menempatkan  Yesus Kristus pada posisi peringkat ke -3 dari daftar para tokoh yang telah berjasa mengubah dunia. Buku tersebut disusun oleh seorang Kristen, dan oleh penulisnya, Nabi Muhammad menaiki tangga teratas.

Tetapi, apakah yang dikatakan Alkitab tentang Yesus Kristus? Alkitab adalah sebuah buku yang berpusatkan kepada pribadi Yesus Kristus sebagai tokoh utamanya. Sebagai perbandingan dari pandangan pengarang 100 Tokoh Berpengaruh di Dunia, kita akan memeriksa bukti-bukti catatan Injil Markus 2:1-12 yang mengungkapkan Yesus Kristus bukan manusia biasa.
   

I.   Pernyataan-Nya yang tidak biasa (ayat 5)
Kepada orang lumpuh itu Yesus berkata: “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni” (ayat 5). Tidak seorangpun yang tahu dosa apa yang sudah dilakukan oleh orang yang tergeletak di atas tilam. Atas solidaritas teman-temannya ia dipertemukan dengan seorang yang sedang menjadi pusat perhatian karena pengaruhnya telah mencengangkan semua kalangan.

Hanya orang tersakiti yang berhak mengampuni seterunya. Dan orang yang kepadanya berdosa memohon maaf dan pengampunan. Kemungkinannya, orang lumpuh itu sudah sadar akan dosa masa lalunya yang menyebabkan kondisi kakinya dalam keadaan lumpuh total.  Pada waktu yang tepat itulah Yesus menjawab penyelasan dirinya, bahkan sebelum orang lumpuh itu mengucapkan satu kata pun, Yesus mendahuluinya. Ketika Yesus berucap, “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni”, maka pernyataan yang keluar dari mulut-Nya bukan perkataan biasa-biasa saja. Kalimat itu mengandung makna yang luar biasa, sehingga oleh pendengarnya, khususnya kepekaan telinga para ahli Taurat mampu menangkap pesan di luar kewajaran tersebut. Apabila anda mencuri uang saya atau kerbau saya lalu datang menghiba kepada saya memohon maaf atas kesalahanmu, maka saya berhak untuk memberi maaf atau kau harus meringkuk ke dalam penjara. Kasus antara si lumpuh dan Yesus menjadi unik, karena sebelumnya, tidak pernah ada pertikaian dimana orang lumpuh itu melakukan sesuatu yang menjadikannya ia berdosa kepada Yesus.  Fakta tersebut mengundang reaksi beberapa ahli Taurat yang duduk di situ, dan mereka berpikir dalam hatinya:  "Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?"

Yup, hanya Allah yang berhak mengampuni dosa dimana orang itu berdosa kepada Allah. Ahlu Taurat sebagai wali Allah dalam agama Yahudi tahu betul batas perkataan kata “pengampunan” bagi orang berdosa. Sebagai contoh, pelayanan Yohanes pembaptis memberi gambaran batasan yang dimaksud: "Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu" (Mrk 1:4). Di sungai Yordan,  setiap hari, alim ulama Yahudi maklum mendengar ucapan Yohanes Pembaptis “…..dan Allah akan mengampuni dosamu". Mengapa? Karena Yohanes mengatas namakan nama Allah. Contoh berikut menunjukan seorang Paulus hanya sebagai perantara Allah saja: “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu” (Ef 4:32). Paulus mengutip dalam nama Allah bagi pengampunan dosa.

Bagaimana dengan Yesus? Kepada orang lumpuh itu Yesus berkata: “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni,”  dianggap kelewatan oleh ahli Taurat, diluar kepatutan seorang perantara yang hanya seorang manusia biasa saja. Ucapan Yesus di luar kebiasaan para Nabi dan Rasul, pernyataan-Nya berasal dari diri-Nya sendiri. Pengertian ini terungkap dari ketidak setujuan di dalam pikiran pejabat Sinagoge, “Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?"

Kalimat pengampunan Yesus, oleh petinggi Agama Yahudi, dinyatakan sebagai pernyataan di luar kewajaran, bukan ucapkan manusia biasa. Disini tampak terdapat kontradiksi:  “Manusia biasa berkata-kata layaknya Allah.” Sebaliknya, hak Allah mengampuni diucapkan oleh manusia biasa. Bagaimana mengatasi masalah ahli Taurat ini? Agar tidak terjadi pertentangan, pandangan selaras Kitab Suci adalah memandang Yesus adalah 100% manusia yang memiliki hak 100% berkata-kata layaknya Allah. Jadi, Ia bukan manusia biasa,  Ia manusia Allah.

Dari kata pengampunan-Nya yang Ilahi kita tahu Yesus bukan manusia biasa.


II.  Pengetahuan-Nya yang tidak biasa (ayat 8)
Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu?” (ayat 8).

Di atas kita temukan bukti kemanusiaan Yesus di luar manusia pada umumnya. Dari pernyataan pengampunan-Nya lahirlah konflik batin para rohaniawan Yahudi. Pada ayat 8 kita mendapatkan bukti ke 2 bahwa pengetahuan Yesus tidak biasa. Pengetahuan-Nya di luar kewajaran. Hal yang lumrah adalah kita akan respon setelah mendengar kalimat dari mulut seseorang tentang sesuatu pokok pikiran. Satu-satunya yang berhak mengampuni dosa adalah hak istemewa Allah sendiri. Allah punya hak otoritas mengampuni dosa manusia, bukan ahli Taurat, bukan Nabi, dan bukan pula Rasul. Pikiran batin mereka itu menyimpulkan bahwa “Yesus menyatakan Keilahian kemanusiaan-Nya”, dan pendapat yang tidak salah itu diketahui oleh sang Pengampun dosa.  Semua orang dapat menerima Yesus sebagai Nabi, Orang Suci, Guru moral yang baik, atau apapun tentang diri-Nya, tetapi tidak semua orang bisa menerima-Nya sebagai Allah.  Yesus tidak menyalahkan pendapat “Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?" Teguran Yesus terhadap ahli Taurat bersifat kritik atas ketidak percayaan kesaksian hati dan pikiran mereka yang mengatakan Yesus adalah Allah, bahkan oleh mereka, Yesus dikategorikan menghujat Allah. Dalam hal inilah Yesus menegur, "Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu?”

Kemampuan Yesus membaca isi hati manusia membuktikan Ia bukan tokoh dunia pada umumnya. Semua pengetahuan 99 tokoh berpengaruh lainnya dibentuk berdasarkan penglihatan dan pendengaran mereka dan atas nasehat para pengikutnya yang setia. Manusia biasa mustahil bisa tahu isi batin orang lain. Pengetahuan Yesus menembus sekat-sekat rahasia segala sesuatu yang ada pada hati manusia.   Yesus berkata: “Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya” (Luk 6:45). Nah, ketika seseorang sedang memuncak emosinya, lalu mengeluarkan perkataan berbagai binatang, seperti binatang babi, anjing, ataupun kutu bangsat, pada saat kita tahu isi hatinya. Mulut adalah hati  pintu hati.

Di sini kita melihat dengan jelas, pengetahuan Yesus membaca pikiran orang punya kualitas tersendiri. Terkadang kita juga coba-coba membuka pikiran orang, namun sering gagal menebak jalan pikiran orang lain. Perkataan dan hikmat Yesus di dalam seluruh Kitab Injil memperlihatkan Ia bukan seorang manusia biasa. Di lain waktu orang banyak pempertanyakan: "Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu…?” (Mat 13:54). Pilihan ada di tangan anda, menganggap-Nya tidak lebih dari manusia biasa, maka renungkanlah perkataan Yesus: "Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu?”

Pengetahuan-Nya membuka segala rahasia hati membuktikan luar biasanya Manusia Yesus.


III. Karya-Nya yang tidak biasa (ayat 9)
Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan?” (ayat 9).

Pandangan masyarakat zaman itu, ah, sekarangpun masih, mengaitkan sakit penyakit dengan dosa. Pada satu peristiwa, ketika Yesus mau menyembuhkan seorang buta sejak lahir, murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?” (Yoh 9:2). Mari kita simak jawaban Yesus: "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia” (Yoh 9:3). Jawaban Yesus mematahkan pendapat bahwa semua sakit penyakit berasal dari dosa atau setan. Tidak semua penyakit disebabkan dosa pasien. Tergantung kasusnya, dan kita harus cermat dan berhikmat agar jangan tergesa-gesa menghakimi orang yang sedang ditimpa kemalangan adalah orang berdosa. Pasalnya, banyak hamba Tuhan tidak mau peduli faktor lain selain dosa dan setan-setan sebagai dalang penyakit.

Siapapun anda, anda bebas mengaku sebagai apa dan siapa. Tetapi, tidak semua orang akan percaya pada klaim anda. Mereka perlu bukti berdasarkan sebuah pengakuan. Bukti mengalahkan pengakuan. Ayolah, anda perlu bukti, dan orang Yahudi mau  tahu bukti apa yang meyakinkan bahwa dosa orang lumpuh itu sudah diampuni. Kita semua menuntut bukti.

Seorang ahli pengasah batu perhiasan harus dapat membuktikan dirinya terampil membentuk  berbagai motif perhiasan. Anda mengaku seorang arsitek maka anda harus bisa menghasilkan sebuah desain bangunan berasitektur indah. Apabila profesi anda tukang jual obat mujarab sudah seharusnya anda pandai berpromosi walaupun tidak selalu benar klaim tersebut.

Jika Yesus benar adalah manusia Allah, dan adalah Allah, pernyataan tersirat saja tidak cukup. Harus ada yang real yang bisa mematahkan semua sangkaan Yesus menghujat Allah. Ya, keajaiban dan mujizat adalah sebuah alat pembuktian nyata! Manakah lebih mudah, mengatakan, “Aku adalah Allah”, atau “Melakukan sebuah mujizat”? Saya setuju, melakukan jauh lebih sulit daripada pengakuan! Jangan mudah percaya pada pengakuan guru-guru palsu tetapi lihatlah perbuatannya. Pohon yang baik menghasilkan buah yang baik (Mat 7:17).

Menjawab tuntutan ini, Yesus mengajukan pilihan yang tidak biasa, “Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan?” Dengan suara bulat mereka meminta, “yang terakhir”. Pembuktian berlangsung waktu itu juga, segera Yesus berkata: "Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" Tidak pakai lama, seketika itu juga, orang itupun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu.”
Pilihan yang paling sukar sudah tuntaskan oleh Yesus. Ia menjawab keinginan semua orang agar terjadi keajaiban, khususnya pasien dan kawan-kawannya, mendapati fakta yang meyakinkan bahwa Yesus bukan sekedar Nabi biasa. Ia adalah Nabi dan Nabi Ilahi. Yesus adalah Allah dibalut daging.

Perkataan-Nya yang penuh kuasa membuahkan Karya Besar. Kesembuhan Ilahi menjawab semua keraguan sebagian orang, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: "Yang begini belum pernah kita lihat."  Dengan demikian, karya-Nya melampaui kharisma guru-agama manapun. Karya-Nya dipertanyakan, “Dari mana diperoleh-Nya kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu?” (Mat 13:54).

Simak saja jawaban ini, “Pohon yang baik menghasilkan buah yang baik.” Dari kuasa Keilahian-Nya, Ia mengadakan mujizat dan keajaibanpun terjadi.

Perkataan-Nya memberi inspirasi, Hikmat-Nya sebagai sumber kebenaran, dan karya-Nya memberi hidup baru bagi jutaan manusia. Mereka diubahkan untuk mengubah dunia menjadi lebih baik.

Yesus bukan manusia biasa, tetapi Allah dalam rupa Manusia. Dialah Manusia Nomor 1 yang telah mengubahkan kehidupan pribadi jutaan orang. Seorang Tokoh Yang Paling Berpengaruh Sepanjang Zaman.


Selamat hari Minggu, selamat berbakti kepada Tuhan!
TYM


Sumber: https://www.facebook.com/notes/kimhong-nathan/yesus-bukan-manusia-biasa/450285961658493

Zakheus Bukan Gayus Tambunan

Zakheus  Bukan Gayus Tambunan
Nats                : Lukas 19:1-10
Renungan        : Kim Hong Nathan


1) Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. (2) Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya. (3) Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek. (4) Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ. (5) Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." (6) Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita. (7) Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang di rumah orang berdosa." 8) Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." (9) Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi kekepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham. (10) Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."

Sebagai kepala pemungut pajak, Zakheus tidak disukai oleh orang sebangsanya. Ia dianggap sebagai pengkhianat bangsa karena pekerjaannya berpihak kepada kepentingan penjajah Roma. Situasi itu dapat dibandingkan pada saat bangsa Indonesia dijajah oleh bangsa Belanda. Hingga kini, kebencian terhadap ke-Kristen-an masih diidentikkan sebagai agama orang Belanda, agama penjajah. Kebencian orang Yahudi tampak jelas pada ayat 7 di mana pemungut pajak disamakan dengan orang berdosa.

Maraknya kembali pemberitaan kasus sejenis Gayus Tambunan telah “mencoreng reformasi Kementerian Keuangan Republik Indonesia yang sudah digulirkan Sri Mulyani dan menghancurkan citra aparat perpajakan Indonesia” http://id.wikipedia.org/wiki/Gayus_Tambunan. Satu orang makan nangka, yang lain kena getahnya. Pepatah tersebut diberlakukan juga oleh orang-orang Yahudi bagi semua pemungut pajak yang bekerja kepada Pemerintah Romawi. Berabad-abad lamanya, Zakheus dianiaya, baik oleh orang Yahudi, Guru Sekolah Minggu, maupun para Pendeta mendakwa Zakheus adalah seorang Gayus Tambunan, petugas pajak berprilaku korup dan pemeras. Karena alasan itulah mengapa orang banyak bersungut-sungut melihat Yesus mau bertamu ke rumah Gayus Tambunan.

Mengapa Yesus mau bertandang dan menumpang ke rumah Zakheus? Walaupun orang banyak menghakimi Zakheus sebagai orang berdosa karena pekerjaannya sebagai kaki tangan penjajah, Yesus punya pandangan berbeda tentang Zakheus. Kita akan memperhatikan alasan-alasan Yesus menyediakan waktu-Nya memberitakan jalan keselamatan kepada Zakheus.

Pertama, Kerinduan hati Zakheus. Yesus dapat merasakan kerinduan hati Zakheus untuk mengenal siapakah Yesus itu sesungguhnya. Kepekaan Yesus menggugah hati-Nya. Agar persekutuan terjalin erat, Yesus meminta tumpangan ke dalam rumah petugas cukai pemerintah Roma itu. Siraman rohani mengalir ke seluruh ruangan memuaskan dahaga pencari kebenaran. Yesus berbicara tentang Kerajaan, sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera  dan sukacita oleh Roh Kudus (Roma 14:17). Bukan soal bagaimana caranya menumpuk harta agar dihormati dan disukai orang. Kerinduan akan damai sejahtera itulah yang dibutuhkan oleh seorang Zakheus. Ditengah-tengah hujatan bangsanya Zakheus membutuhkan seorang sahabat sejati yang dapat memberikan kedamaian dalam satu hubungan yang istimewa. Walaupun ia seorang konglomerat, namun ia sadar, hartanya yang melimpah tidak dapat menjawab kebutuhan rohaninya yang sangat mendasar, yaitu jaminan keselamatan sorgawi. Yesus Kristus adalah jawaban bagi semua orang untuk mendapatkan kedamaian dan sukacita sorgawi. Yesus Sahabat bagi semua orang.

Selain rindu mengenal Yesus, Zakheus adalah seorang yang memiliki sikap mau mendengar dan belajar dari sumber aslinya. Sikap mau diajar dan belajar Firman Tuhan adalah sikap orang yang rendah hati.

Kedua, Kerendahan hati Zakheus. Usaha kerasnya untuk melihat dan bertemu secara pribadi membuahkan hasil sukacita yang besar, karena pencariannya akan Juruselamat dunia sudah ditemukan. Sekarang dia yakin, siapakah Yesus Kristus sesungguhnya. Bukan lagi kata orang, tetapi kini Zakheus mendengar langsung Injil keselamatan bahwa semua orang perlu keselamatan sejati di dalam nama Anak Allah, yaitu Yesus Kristus. Tanggapan Zakheus dapat diibaratkan seperti Firman Tuhan katakan, “Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun” (Ibrani 3:17-18). Pada waktu itu juga, Zakheus menerima berita keselamatan dengan sukacita. Zakheus yang kaya raya rela merendahkan dirinya di hadapan Yesus, sebagai sikap kerendahan hatinya mau mendengarkan Firman Allah tentang jalan keselamatan. Orang yang rendah hati adalah orang yang siap sedia mendengar Firman Tuhan dan merenungkannya  24 jam. Orang yang sombong dan angkuh menjadikan kekayaannya sebagai pusat kehidupannya.

Pada saat itu juga Zakheus mengimplementasikan berita anugerah Allah kepada semua orang sebagai jawaban bahwa dengan tulus hati ia menerima kebenaran Firman Allah.

Ketiga, Ketulusan hati Zakheus. Walaupun semua orang bersungut-sungut terhadap dirinya, Zakheus tetap berjiwa besar. Ditengah-tengah dakwaan dan cercaan, petobat baru ini  dengan tulus hati mau berbagi kepada sesamanya: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin.” Anda dapat bayangkan, setengah dari kekayaannya dibagi-bagikan, dan orang-orang miskin menerima berkat dari pemungut pajak ini. Sudahkah orang-orang kaya yang bertobat berbagi setengah hartanya kepada tetangganya yang miskin? Atau anda berpikir menjadi Kristen akan semakin menumpuk kekayaan karena kemakmuran sebagai simbol berkat Allah? Celakahlah orang-orang berpikir bisa memperalat Yesus sebagai pengeruk keuntungan! Bagi Zakheus, keselamatan jiwa yang baru saja diperolehnya dari sang Juruselamat tidak dapat dibandingkan dengan kekayaannya. Kerelaannya berbagi kasih kepada orang-orang yang membutuhkan adalah wujud ucapan syukur karena pengampuan dan anugerah Allah yang besar sudah diterimanya.  Pada kesempatan itu, tiba bagi Zakheus menjawab semua prasangka buruk terhadap dirinya. Dihadapan Tuhan, Zakheus memberi kesempatan kepada semua orang untuk tampil mengambil kerugiannya dari Zakheus: “sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat."  Tantangan yang menarik bukan? Apakah Anda koruptor yang sungguh sudah bertobat? Atau anda seorang penipu besar yang baru saja bertobat? Beranikah anda membuat tantangan seperti Zakheus?
Sampai hari ini, Zakheus masih menunggu siapa yang mau mengambil empat kali lipat dari kerugiannya. Ternyata, Zakheus bukan Gayus Tambunan, karena tidak seorang pun mengklaim berhak atas uang empat kali lipat tawaran Zakheus. Sekiranya Gayus Tambunan bertobat dan mengumumkan tawaran ala Zakheus, pasti akan penuh sesak orang-orang antri giliran menerima empat kali lipat kerugian dari Gayus.

Zakheus membuktikan pertobatannya. Firman Tuhan telah mempengaruhi jalan pikirannya sehingga ia mampu mengaplikasikan ke dalam bentuk perbuatan kasih sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan.  Anugerah keselamatan sudah diterimanya melalui iman kepada Yesus Kristus.

Untuk alasan-alasan itulah, Yesus berkata: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham”(9).  Ungkapan ” Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini,” menunjuk kepada Zakheus, dan “karena orang inipun anak Abraham,” mengacu kepada orang beriman yang shaleh. Meskipun Zakheus anak Abraham, namun soal keselamatan ia harus percaya kepada sang Juruselamat, yaitu Yesus Kristus. Firman Allah berkata, “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23). Statusnya, kini sudah dipulihkan menjadi orang yang dibenarkan,  sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman" (Rm 1:17).

Walaupun Zakheus mampu menyanggah tuduhan semua orang yang mendiskreditkan profesinya, kini dia sadar bahwa secara status dia adalah orang berdosa! Orang yang terhilang! Dan ia bergembira atas penegasan yang diberikan Yesus: “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang" (10).

Kekayaan dan kesalehan tidak bisa membeli anugerah keselamatan sorgawi. Mengandalkan amal ibadah hanya menunjukkan betapa sombong dan angkuhnya manusia yang menganggap bisa melakukan transaksi jual beli keselamatan dengan Tuhan. Siapa yang berpikir demikian, renungkanlah perkataan Rasul Paulus ini: “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil amal salehmu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang menyombongkan kan diri, (Efesus 2:8-9).

Oleh karena itu, marilah kita berbeda dari kebiasaan dunia yang menghalalkan segala cara demi melimpahnya harta. Penyalahgunaan jabatan dan profesi hanya akan membawa kita kepada penghakiman Allah. Zakheus bukan Gayus Tambunan.


Sumber: https://www.facebook.com/notes/kimhong-nathan/zakheus-bukan-gayus-tambunan/445927938760962