KECIL ORANGNYA BESAR NYALINYA
Nats : 1 Samuel 17:1-52
Renungan : Kim Hong Nathan
Selama 40 hari, sesumbar kesombongan Goliat mencemoohkan barisan
pasukan perang Israel bukan tanpa dasar. Perkataan intimidasinya adalah
fakta yang meyakinkan semua pihak bahwa sang raksasalah yang unggul.
Posturnya yang tinggi besar, perlengkapan senjatanya, dan pengalaman
perangnya sebagai tanda supremasi bagi dirinya. Kenyataan inilah yang
membuat Goliat menantang orang Israel mengirimkan satu orang prajurit
terbaiknya untuk menghadapi pertarungan face to face. Semua orang Israel
sudah keok, termasuk raja Saul. Tidak punya nyali lagi.
Sampai tampilnya Daud, seorang kecil namun besar nyalinya, berani
melawan sang jawara Goliat. Tentu saja kedatangan Daud ke medan perang
tidak dipandang sebelah mata oleh si raksasa angkuh itu. Bahkan abangnya
Daud pun menyindir keberaniannya hanya taktik mendapatkan tiket
tontongan gratis sebuah perang kolosal (28). Pertarungan hidup dan mati
antara Daud versus Goliat adalah pertempuran berat sebelah. Tidak
seimbang Namun, peperangan yang tampak menggelikan itu justeru
mempertaruhkan nama baik kedua keduabelah pihak, bangsa Filistin dan
bangsa Israel. Secara kasat mata, jujur saja, kalau pada hari bersejarah
itu kita hadir, kita bakal menjagokan Goliat sebagai juaranya. Apalagi
bagi para penjudi tinju, pasti pegang Goliat. Diperkirakan pasar taruhan
100:1.
Diluar dugaan, ternyata pertarungan itu dimenangkan oleh Daud.
Bagaimana bisa Daud meraih kemenangan melawan Goliat? Kita akan melihat
beberapa faktor penentu kesuksesan Daud memenangkan pertaruangan akbar
tersebut:
I. Pertarungan bebas (10)
10 Pula kata orang Filistin itu: "Aku menantang hari ini barisan
Israel; berikanlah kepadaku seorang, supaya kami berperang seorang
lawan seorang."
Goliat adalah seorang prajurit tinggi besar dan petarung hebat,
lengkap dengan persenjataan perangnya (4-7). Kepada Daud dikenakan
pakaian perang raja Saul, tapi tidak cocok baginya. Berat pakaian perang
raja Saul mengekang kelenturan gerakan Daud (38-39). Bagi Daud,
pengalaman berkelahinya adalah melawan binatang buas dalam bentuk
petarungan bebas (34-36). Kebebasan bergerak itu juga yang diinginkan
Daud untuk melawan manusia buas dari Filistin. Tantangan bertarung face
to face, satu lawan satu, merupakan satu keuntungan bagi Daud.
Tampaknya, bilamana senjata ali-alinya berada dikerumunan massa tidak
akan berguna. Di hadapan raja Saul, Daud mengemukakan kebebasan berpikir
dan bependapat: "Aku tidak dapat berjalan dengan memakai ini, sebab
belum pernah aku mencobanya." Kemudian ia menanggalkannya (39). Dalam
keadaan darurat, Saul mengijinkan Daud bebas dengan caranya sendiri,
agar rakyat Israel terlepas dari masalah besar.
Kebebasan dan mengeluarkan pendapat bila dikekang akan menghambat
kreatifitas. Pada zaman Soeharta banyak pihak merasa terbelenggu
kreatifitasnya. Memasuki masa reformasi justeru banyak pihak
menyayangkan reformasi yang kebablasan. Intinya adalah boleh bebas tapi
jangan kelewat batas. Gunakan kebebasan sebagai strategi membela rakyat
dan bangsa. Kebebasan berpikir untuk mengembangkan kreatifitas dan
produktifitas bagi kemajuan bangsa.
Bagi Daud, membela kepentingan rayat segera dimulai.
II. Keahlian menggunakan alat perang (40)
40 Lalu Daud mengambil tongkatnya di tangannya, dipilihnya dari
dasar sungai lima batu yang licin dan ditaruhnya dalam kantung gembala
yang dibawanya, yakni tempat batu-batu, sedang umbannya dipegangnya di
tangannya. Demikianlah ia mendekati orang Filistin itu.
Keahlian menggunakan alat perang bagi seorang petarung mutlak
dibutuhkan. Kemahiran Goliat menggunakan alat perang tidak diragukan
lagi. Prestasi besarnya menciutkan nyali bangsa Israel. Bagi Goliat,
kemenangan melawan seorang kecil seperti Daud bukan sebuah prestasi yang
patut dibanggakan. Senjata Daud bukan peralatan perang lazimnya. Daud
tidak lebih seperti seorang tukang gebuk anjing dengan sebatang tongkat
dan ali-alinya. Tidak ada apa-apanya! Goliat meremehkan si kecil
bernyali besar.
Tahun 2012, Pemilihan Gubernur DKI tahap II bagaikan Goliat vs Daud.
Yang satu didukung partai raksasa, dan satu pihak lain cuma si kecil
bernyali besar.
Psikologi Goliat itu cenderung juga menjangkiti pemimpin rohani
senior, suka meremehkan sang junior. Bertindak semau gue dan sok kuasa.
Barang siapa yang mengkritik dan tidak setuju dengan kebijakannya akan
dianggap sebagai musuhnya. Ciri-ciri seorang pemimpin yang menganggap
partnernya sebagai seorang musuh adalah: (1) Apabila ada masalah intern
tidak ada kemauan mengclearkan problemnya, malah mendiamkan si
pengkritik supaya tidak nyaman dengan sikapnya dengan harapan mawas diri
untuk undur diri dari kelompoknya; (2) Tidak pernah merasa berbuat
kesalahan, dan apabila melakukan kesalahan enggan meminta maaf; (3)
Mengangkat dirinya sebagai pemegang kekuasaan tunggal dan merasa
organisasi yang dipimpinnya adalah milik kepunyaannya sendiri. Jika
seorang pemimpin jemaat, pemimpin yayasan dan organisasi apapun namanya,
bahkan pemimpin politik didapati punya ciri-ciri demikian, maka dia
adalah seorang penderita kejiwaan.
Kepada seorang pemimpin, Tuhan memberikan kepada tiap-tiap orang
karunianya yang khas. Jika karunia anda seorang pengajar jangan
memaksakan diri menjadi pemimpin jemaat. Gunakan keahlian anda sebagai
guru dan dosen mengajar. Jika karunia penginjil jadilah penjala jiwa.
Jika talenta anda seorang politikus jadilah seorang penyuara kebenaran.
Dengan demikian, karunia dan talenta atau keahlian anda berguna sesuai
dengan fungsinya.
Kelalaian seorang pembesar suka meremehkan si kecil bernyali besar.
Keberanian seseorang mengkritisi kepemimpinannya sering disalah artikan
sebagai niat menjatuhkan kewibawaanya.
Daud memilih senjata sesuai keahliannya, ali-ali.
III. Menjaga jarak pertempuran (41)
40 Lalu Daud mengambil tongkatnya di tangannya, dipilihnya dari
dasar sungai lima batu yang licin dan ditaruhnya dalam kantung gembala
yang dibawanya, yakni tempat batu-batu, sedang umbannya dipegangnya di
tangannya. Demikianlah ia mendekati orang Filistin itu. 41 Orang
Filistin itu kian dekat menghampiri Daud dan di depannya orang yang
membawa perisainya.
Strategi Daud selanjutnya adalah menjaga jarak. Bagi Daud,
pertempuran jarak dekat tidak akan menguntungkan baginya. Senjatanya
tidak mendukung itu. Daud bukan pendekar Sholin yang bisa mengerahkan
tenaga dalamnya mengubah seutas tali menjadi sekeras besi. Daud adalah
seorang pengumban. Keahliannya melontarkan peluru ali-ali harus
mempertimbangkan faktor ketepatan jarak lontar. Dalam pertarungan jarak
rapat senjata ali-ali tidak berguna. Mereka saling mendekat, namun Daud
tetap menjaga jarak yang cukup untuk suatu pertempuran sesuai kegunaan
senjatanya.
Kita perlu menjaga jarak pergaulan dengan orang-orang fasik. Jangan
sampai kita yang terbawa arus pergaulan dan dibinasakan oleh kelicikan
mereka. Senjata mereka adalah tipu muslihat untuk melawan kebenaran.
Politikus di negeri ini sudah banyak mewarnai perselingkuhan partai
politik melawan hati nurani rakyat. Anggota partai terpilih diharapkan
membela kepentingan wong cilik justeru jatuh ke dalam skandal mega
korupsi gila-gilaan. Pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik
(1Kor 15:33).
Daud menjaga jarak agar pelurunya melesat tepat mengenai sasaran.
IV. Menunggu waktu yang tepat (48-49)
48 Ketika orang Filistin itu bergerak maju untuk menemui Daud,
maka segeralah Daud berlari ke barisan musuh untuk menemui orang
Filistin itu.49 lalu Daud memasukkan tangannya dalam kantungnya,
diambilnyalah sebuah batu dari dalamnya, diumbannya, maka kenalah dahi
orang Filistin itu, sehingga batu itu terbenam ke dalam dahinya, dan
terjerumuslah ia dengan mukanya ke tanah.
Waktu adalah faktor penting bagi Daud menentukan kapan ia boleh
bertindak. Kesempatan yang tiba di antara waktu belum tentu datang untuk
kedua kalinya. Waktu yang tepat adalah saat yang tepat untuk bertindak.
Daud menunggu moment itu, dan inilah saatnya ia bergerak memanfaatkan
kesempatan itu. Lewat sedikit waktu saja, maka gagallah usahanya. Bagi
Daud waktu tidak boleh disia-siakan. Ia harus bergerak cepat agar tidak
terdapat ruang rapat antara Daud dengan Goliat. Bagi seorang prajurit
pelaksana menyelasaikan suatu pekerjaan ditentukan berapa banyak waktu
yang dibutuhkan. Dalam satu operasi militer faktor waktu menentukan
kesuksesan sebuah misi.
Kita semua hidup berpacu dengan waktu. Menyia-nyiakan waktu yang
memberi kesempatan kita berkarya adalah satu tindakan bodoh. Melewatkan
waktu menanam akan menuai kenihilan! Perang sesungguhnya adalah perang
melawan ketidak adilan. Perang sejatinyanya adalah mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat. 14 tahun sudah reformasi di negeri ini,
akankah para pemimpin negeri ini membuang waktu dan kesempatan yang
Tuhan berikan kepadanya untuk sebuah karya kemanusiaan?
Segala sesuatu indah pada waktunya (Pengkotbah 3:11). Akan terasa
indah meski memerlukan waktu 100 tahun untuk membangun kembali negeri
nan permai ini asal disertai dengan kejujuran dan keadilan. Jujur dan
adil adalah dasar dari segala kebenaran.
Demikianlah Daud mengalahkan orang Filistin itu dengan umban dan
batu; ia mengalahkan orang Filistin itu dan membunuhnya, tanpa pedang di
tangan (50).
Daud menggengam kesempatan emas di antara waktu yang terus berjalan.
Ke -4 faktor penting inilah yang dimanfaatkan oleh Daud berperang
melawan ketidak adilan. Walau masalah yang dihadapinya adalah seorang
besar dan punya pengaruh militer yang luar biasa, namun demi membela
kebenaran bangsanya ia dipaksa mengeluarkan seluruh kebaraniannya. Dan
TUHAN Yang Mahaesa menyertai orang yang takut akan Dia. Demikianlah Daud
berikhtiar: “dan supaya segenap jemaah ini tahu, bahwa TUHAN
menyelamatkan bukan dengan pedang dan bukan dengan lembing. Sebab di
tangan Tuhanlah pertempuran dan Iapun menyerahkan kamu ke dalam tangan
kami" (47).
Demikianlah sebuah bangsa, membutuhkan seorang pemimpin bernyali
besar mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Biar kecil
orangnya yang penting bernyali besar.
Selamat hari Minggu, selamat berbakti kepada TUHAN
Berkat TUHAN atas umat-Nya
Sumber: https://www.facebook.com/editnote.php?draft¬e_id=457954834224939&id=100000303535693
Tidak ada komentar:
Posting Komentar