Kamis, 25 Oktober 2012

Kesanggupan Allah

KESANGGUPAN ALLAH
Nats                   : Daniel 3:8-30
Renungan           : Kim Hong Nathan


Renungan Firman Tuhan minggu ini terambil dari Kitab Daniel 3:8-30 mengisahkan  panasnya suhu politik dan kepercayaan di tengah-tengah mayoritas. Lebih parahnya lagi, Sadrak, Mesakh dan Abednego, mereka hidup dinegeri pembuangan. Hidup di tengah-tengah mayoritas bagaikan burung dalam sangkar. Semua gerak-gerik kita selalu diawasi dengan rasa curiga. Apalagi bila menyangkut kepercayaan bisa-bisa nyawa menjadi taruhannya. Alkisah, nyawa tiga sahabat itu sedang terancam karena para seteru mereka menggunakan agama sebagai kendaraan politiknya. Mereka menghasut Raja Nebukadnezar agar membuat patung dirinya terbuat dari emas dan mengangkat dirinya sebagai Dewa bagi semua orang. Siapapun yang butuh sesuatu harus meminta kepada Raja, denga syarat sujud menyembah terhadap patung Raja. Siasat licik politikus orang Kasim tersebut sukses besar, semua orang memberi diri menyembah berhala sang Raja. Ketika Raja sedang bangga menyaksikan semua orang menyembah patung dirinya, datanglah beberapa menterinya membawa kabar kejutan  bagi sang Raja. Berita itu disampaikan:

8Pada waktu itu juga tampillah beberapa orang Kasdim menuduh orang Yahudi. 9Berkatalah mereka kepada raja Nebukadnezar: "Ya raja, kekallah hidup tuanku! 10Tuanku raja telah mengeluarkan titah, bahwa setiap orang yang mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, harus sujud menyembah patung emas itu, 11dan bahwa siapa yang tidak sujud menyembah, akan dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. 12 Ada beberapa orang Yahudi, yang kepada mereka telah tuanku berikan pemerintahan atas wilayah Babel, yakni Sadrakh, Mesakh dan Abednego, orang-orang ini tidak mengindahkan titah tuanku, ya raja: mereka tidak memuja dewa tuanku dan tidak menyembah patung emas yang telah tuanku dirikan." 13Sesudah itu Nebukadnezar memerintahkan dalam marahnya dan geramnya untuk membawa Sadrakh, Mesakh dan Abednego menghadap. Setelah orang-orang itu dibawa menghadap raja, 14berkatalah Nebukadnezar kepada mereka: "Apakah benar, hai Sadrakh, Mesakh dan Abednego, bahwa kamu tidak memuja dewaku dan tidak menyembah patung emas yang kudirikan itu? 15Sekarang, jika kamu bersedia, demi kamu mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, sujudlah menyembah patung yang kubuat itu! Tetapi jika kamu tidak menyembah, kamu akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?" 16Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. 17Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; 18tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."

Di bawah tekanan penguasa, tiga orang Yahudi itu diperhadapkan dengan dua pilihan:Kompromi dengan dosa atau menerima hukuman mati. Hebatnya, mereka pilih putus nyawa daripada murtad dari iman yang benar. Lalu, singkat cerita  kesanggupan Allah menyelamatkan mereka dari hukuman mati.

Kehidupan orang percaya senantia dibayang-bayangi persoalan antara hidup dan mati. Pada saat kita mengalaminya kita perlu pertolongan dari Allah yang sanggup menyelamatkan umat-Nya. Bagaimanakah Kemahakuasaan Allah mampu menyelamatkan mereka? Dalam perkara ini, pertolongan Allah datang karena terpenuhinya syarat-syarat orang beriman menurut standar Allah.

  I.   Mereka dapat bertanggung jawab atas imannya (16)
Sebagai orang beriman, Sadrak, Mesak dan Abednego sudah teruji dalam hal integritasnya sebagai pejabat pemerintahan yang bersih dan jujur. Allah ingin agar orang-orang beriman hidup sebagai anak-anak terang, memberi kesaksian hidup yang memuliakan nama-Nya. Ini penting! Percuma saja mengaku sebagai orang beriman namun hidupnya tidak sesuai dengan ajaran agamanya. Siapapun anda, para elite politik di negeri ini, kami butuh orang-orang yang punya integritas memimpin bangsa ini. Ketika kita didakwa karena kebenaran, maka keteladanan dan integritas kita akan menjadi saksinya. Ketika Raja Nebukadnezar meminta pertanggungjawaban atas ingkarnya tiga orang Yahudi menyembah patung emas buatan raja, bagi Sadrak, Mesakh, dan Abednego cukup berkata: "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini.” Raja Babel bukan tidak tahu siapa tiga orang Yahudi itu. Mereka adalah orang yang sungguh-sungguh beriman kepada Allah Israel. Kinerja mereka sudah terbukti. Sebagai pejabat pemerintah, mereka bekerja dengan penuh tanggung jawab. Pangkat dan jabatan mereka bukan hasil kompromi sana sini. Bukan hasil lobi-lobi jual beli kekuasaan. Tetapi Prestasi dan  integritas mereka yang membuat Raja mengangkat mereka sebagai pejabat tinggi di istananya. Raja sendiri melihat kemajuan negaranya. Tentu saja, hal tersebut membuat iri hati bagi orang-orang berkarakter penjilat, asal bapa senang.

Oleh karena itu, sebagai orang beriman, mereka berkata: “Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini.” Bagi mereka tidak perlu banyak bicara lagi, tetapi biarlah Raja melihat sendiri bagaimana prestasi kerja mereka yang bersih dan jujur. Tidak ada kompromi dengan prilaku korupsi.

Tetapi fakta tersebut ditolak oleh Raja karena perintah Raja sudah terlanjur menjadi hukum, tidak bisa ditarik lagi. Semua orang harus mendewakan Raja, tidak terkecuali bagi Sadrak, Mesakh dan Abednego harus menyembah patung besar itu, kalau tidak mau akan dihukum mati.

Bagaikan makan buah simalakama!

 II.  Berserah pada kedaulatan Allah (17)
Untuk menyelamatkan mukanya dihadapan rakyatnya, kepada pejabatnya yang dianggap membangkang perintahnya, Raja menawarkan win-win solution: “Sekarang, jika kamu bersedia, demi kamu mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, sujudlah menyembah patung yang kubuat itu! Tetapi jika kamu tidak menyembah, kamu akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?" Keteguhan iman mereka diuji.

Demi sebuah kebenaran, mereka menjawab tawaran Raja: “Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja” (17).

Dalam segala hal, Allah yang berdaulat atas kehidupan umat-Nya. Semua keputusan mutlak ada di tangan Tuhan. Tidak ada seorangpun yang bisa mendikte Allah atas keputusan-Nya. Dalam situasi terdesak, Sadrak, Mesakh dan Abednego menyerahkan sepenuhnya kepada kedaulatan Allah. Apakah Allah akan menyelamatkannya atau akan membiarkan tubuhnya dimakan api. Mengetahui adanya kedaulatan Tuhan ini sangat penting bagi kita agar kita terhindar dari fanatisme buta bahwa Allah pasti dan selalu mau melakukan semua keinginan kita. Dengan kata lain, Allah bisa kita dikte, dan Allah beralih profesi menjadi pembantu manusia.

Mereka yang tidak teguh imannya akan mudah menukar imannya karena adanya ancaman dari pihak agama tertentu. Tidak sedikit orang mendapat ancaman kedudukannya akan digeser atau tidak bisa naik pangkat karena anda seorang Kristen. Mereka yang tidak teguh imannya buru-buru segera menggantinya ke agama tertentu.  Ketegaran iman Sadrak, Mesakh dan Abednego  patut menjadi contoh keteladanan iman Kristen. Dalam situasi terjepit, sepenuhnya berserah kepada kedaulatan Tuhan.

Orang beriman yang baik adalah orang yang mau dipimpin oleh Roh Allah. Masuk dalam rencana-Nya yang indah. Sekalipun berkalang tanah takkan mundur menghadapinya demi kebenaran.

III.  Berani berkata tidak terhadap dosa (18)
Berani berkata “tidak” kepada kompromi yang menyebabkan dosa tidak gampang. Ya, memang sulit! Soal hidup dan matinya mata pencarian saja sudah begitu menyulitkan kita, apalagi menyangkut soal keselamatan nyawa kita. Tetapi bagi Sadrak, Mesakh dan Abednego, berani berkata “Tidak” adalah harga mati. Dari mulut mereka terdengar ucapan iman yang berkualitas: “Tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."

Rasul-rasul Kristus tidak ada yang selamat dari pedang. Mereka meregang nyawa demi kebenaran Injil. Ada yang dipancung. Ada yang dikuliti. Ada yang disalib, bahkan ada yang dibakar. Mereka tidak diselamatkan oleh Allah seperti Allah meloloskan tiga orang sahabatnya Dainel. Hanya Rasul Yohanes seorang  yang mati dalam masa tuanya. Yang satu diselamatkan, tetapi yang lain diijinkan-Nya menjadi martir. Biarkanlah Allah bekerja menurut keputusan kedaulatan-Nya!

Kualitas iman akan terbukti ketika seseorang menghadapi krisis kehidupan.


Pengalaman Sadrak, Mesakh Abednego bisa jadi mirip-mirip dengan pengalaman anda. Siapapun anda, dimanapun anda berada disuatu Negara atau perusahaan, tantangan selalu ada. Misalnya di Indonesia, katanya, untuk menjadi seorang pemimpin nomor 1 orang persebut harus beragama tertentu, sedangkan Negara Indonesia bukan Negara Agama. Dengar-dengar, jika benar, untuk mudahnya menduduki kursi pejabat dan mudahnya memperoleh fasilitas Negara seseorang agar  beragama tertentu. Kondisi ini menciptakan tukar menukar kepercayaan menjadi biasa. Yang penting semua bisa diatur. Soal menyembah patung emas dianggap formalitas saja. Sudah berapa banyak para pejabat menukar agamanya demi kepentingan tertentu? Atau mereka yang rela mengubah identitas agamanya di KTP agar mendapat pengobatan gratis? Atau demi sebuah pekerjaan? Atau karena pernikahan? Mereka yang membuat propaganda tersebut prilakunya mirip dengan menteri orang Kasim. Mereka yang kekurangan prestasi cenderung menghasut pemerintah dengan menggunakan agama sebagai tujuan politiknya.

Tetapi bagi orang beriman, memandang Tuhan Allah lebih dari sanggup memelihara hidupnya. Masa-masa sukar akan dilewatinya dengan penuh iman kepada-Nya. Tidak tergoyahkan.


                Selamat hari Minggu, selamat berbakti kepada Tuhan.
                Tuhan Yesus Memberkati


Sumber: https://www.facebook.com/notes/kimhong-nathan/kesanggupan-allah/452911258062630


Tidak ada komentar: