Selasa, 23 Oktober 2012

Yesus Bukan Manusia Biasa

Yesus Bukan Manusia Biasa

Nats                   : Markus 2:1-12
Renungan           : Kim Hong Nathan

1 Kemudian, sesudah lewat beberapa hari, waktu Yesus datang lagi ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia ada di rumah. 2  Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintupun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka, 3  ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. 4  Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. 5  Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!" 6  Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: 7  "Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?" 8  Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? 9  Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan? 10  Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa"  —  berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu  — : 11  "Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" 12  Dan orang itupun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: "Yang begini belum pernah kita lihat."


Perkataan, pengetahuan dan perbuatan seseorang membentuk jati dirinya “Siapakah dia?” Siapakah anda, akan sangat dipengaruhi dari ucapan, pengetahuan dan karya anda. Integritas Orang-orang Besar dan Berpengaruh Sepanjang Masa dinilai oleh ketiga unsur penting ini, yaitu perkataan, intelek dan karyanya. Namun demikian, mereka mengaku hanya adalah manusia biasa saja. Mereka menjadi besar karena ada kemauan belajar, pantang menyerah dan berusaha mencapai sukses.

Sebuah buku berjudul "100 Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sejarah”, oleh pengarangnya, Michael H. Hart, yang disusun pada tahun 1978, menempatkan  Yesus Kristus pada posisi peringkat ke -3 dari daftar para tokoh yang telah berjasa mengubah dunia. Buku tersebut disusun oleh seorang Kristen, dan oleh penulisnya, Nabi Muhammad menaiki tangga teratas.

Tetapi, apakah yang dikatakan Alkitab tentang Yesus Kristus? Alkitab adalah sebuah buku yang berpusatkan kepada pribadi Yesus Kristus sebagai tokoh utamanya. Sebagai perbandingan dari pandangan pengarang 100 Tokoh Berpengaruh di Dunia, kita akan memeriksa bukti-bukti catatan Injil Markus 2:1-12 yang mengungkapkan Yesus Kristus bukan manusia biasa.
   

I.   Pernyataan-Nya yang tidak biasa (ayat 5)
Kepada orang lumpuh itu Yesus berkata: “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni” (ayat 5). Tidak seorangpun yang tahu dosa apa yang sudah dilakukan oleh orang yang tergeletak di atas tilam. Atas solidaritas teman-temannya ia dipertemukan dengan seorang yang sedang menjadi pusat perhatian karena pengaruhnya telah mencengangkan semua kalangan.

Hanya orang tersakiti yang berhak mengampuni seterunya. Dan orang yang kepadanya berdosa memohon maaf dan pengampunan. Kemungkinannya, orang lumpuh itu sudah sadar akan dosa masa lalunya yang menyebabkan kondisi kakinya dalam keadaan lumpuh total.  Pada waktu yang tepat itulah Yesus menjawab penyelasan dirinya, bahkan sebelum orang lumpuh itu mengucapkan satu kata pun, Yesus mendahuluinya. Ketika Yesus berucap, “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni”, maka pernyataan yang keluar dari mulut-Nya bukan perkataan biasa-biasa saja. Kalimat itu mengandung makna yang luar biasa, sehingga oleh pendengarnya, khususnya kepekaan telinga para ahli Taurat mampu menangkap pesan di luar kewajaran tersebut. Apabila anda mencuri uang saya atau kerbau saya lalu datang menghiba kepada saya memohon maaf atas kesalahanmu, maka saya berhak untuk memberi maaf atau kau harus meringkuk ke dalam penjara. Kasus antara si lumpuh dan Yesus menjadi unik, karena sebelumnya, tidak pernah ada pertikaian dimana orang lumpuh itu melakukan sesuatu yang menjadikannya ia berdosa kepada Yesus.  Fakta tersebut mengundang reaksi beberapa ahli Taurat yang duduk di situ, dan mereka berpikir dalam hatinya:  "Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?"

Yup, hanya Allah yang berhak mengampuni dosa dimana orang itu berdosa kepada Allah. Ahlu Taurat sebagai wali Allah dalam agama Yahudi tahu betul batas perkataan kata “pengampunan” bagi orang berdosa. Sebagai contoh, pelayanan Yohanes pembaptis memberi gambaran batasan yang dimaksud: "Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu" (Mrk 1:4). Di sungai Yordan,  setiap hari, alim ulama Yahudi maklum mendengar ucapan Yohanes Pembaptis “…..dan Allah akan mengampuni dosamu". Mengapa? Karena Yohanes mengatas namakan nama Allah. Contoh berikut menunjukan seorang Paulus hanya sebagai perantara Allah saja: “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu” (Ef 4:32). Paulus mengutip dalam nama Allah bagi pengampunan dosa.

Bagaimana dengan Yesus? Kepada orang lumpuh itu Yesus berkata: “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni,”  dianggap kelewatan oleh ahli Taurat, diluar kepatutan seorang perantara yang hanya seorang manusia biasa saja. Ucapan Yesus di luar kebiasaan para Nabi dan Rasul, pernyataan-Nya berasal dari diri-Nya sendiri. Pengertian ini terungkap dari ketidak setujuan di dalam pikiran pejabat Sinagoge, “Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?"

Kalimat pengampunan Yesus, oleh petinggi Agama Yahudi, dinyatakan sebagai pernyataan di luar kewajaran, bukan ucapkan manusia biasa. Disini tampak terdapat kontradiksi:  “Manusia biasa berkata-kata layaknya Allah.” Sebaliknya, hak Allah mengampuni diucapkan oleh manusia biasa. Bagaimana mengatasi masalah ahli Taurat ini? Agar tidak terjadi pertentangan, pandangan selaras Kitab Suci adalah memandang Yesus adalah 100% manusia yang memiliki hak 100% berkata-kata layaknya Allah. Jadi, Ia bukan manusia biasa,  Ia manusia Allah.

Dari kata pengampunan-Nya yang Ilahi kita tahu Yesus bukan manusia biasa.


II.  Pengetahuan-Nya yang tidak biasa (ayat 8)
Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu?” (ayat 8).

Di atas kita temukan bukti kemanusiaan Yesus di luar manusia pada umumnya. Dari pernyataan pengampunan-Nya lahirlah konflik batin para rohaniawan Yahudi. Pada ayat 8 kita mendapatkan bukti ke 2 bahwa pengetahuan Yesus tidak biasa. Pengetahuan-Nya di luar kewajaran. Hal yang lumrah adalah kita akan respon setelah mendengar kalimat dari mulut seseorang tentang sesuatu pokok pikiran. Satu-satunya yang berhak mengampuni dosa adalah hak istemewa Allah sendiri. Allah punya hak otoritas mengampuni dosa manusia, bukan ahli Taurat, bukan Nabi, dan bukan pula Rasul. Pikiran batin mereka itu menyimpulkan bahwa “Yesus menyatakan Keilahian kemanusiaan-Nya”, dan pendapat yang tidak salah itu diketahui oleh sang Pengampun dosa.  Semua orang dapat menerima Yesus sebagai Nabi, Orang Suci, Guru moral yang baik, atau apapun tentang diri-Nya, tetapi tidak semua orang bisa menerima-Nya sebagai Allah.  Yesus tidak menyalahkan pendapat “Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?" Teguran Yesus terhadap ahli Taurat bersifat kritik atas ketidak percayaan kesaksian hati dan pikiran mereka yang mengatakan Yesus adalah Allah, bahkan oleh mereka, Yesus dikategorikan menghujat Allah. Dalam hal inilah Yesus menegur, "Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu?”

Kemampuan Yesus membaca isi hati manusia membuktikan Ia bukan tokoh dunia pada umumnya. Semua pengetahuan 99 tokoh berpengaruh lainnya dibentuk berdasarkan penglihatan dan pendengaran mereka dan atas nasehat para pengikutnya yang setia. Manusia biasa mustahil bisa tahu isi batin orang lain. Pengetahuan Yesus menembus sekat-sekat rahasia segala sesuatu yang ada pada hati manusia.   Yesus berkata: “Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya” (Luk 6:45). Nah, ketika seseorang sedang memuncak emosinya, lalu mengeluarkan perkataan berbagai binatang, seperti binatang babi, anjing, ataupun kutu bangsat, pada saat kita tahu isi hatinya. Mulut adalah hati  pintu hati.

Di sini kita melihat dengan jelas, pengetahuan Yesus membaca pikiran orang punya kualitas tersendiri. Terkadang kita juga coba-coba membuka pikiran orang, namun sering gagal menebak jalan pikiran orang lain. Perkataan dan hikmat Yesus di dalam seluruh Kitab Injil memperlihatkan Ia bukan seorang manusia biasa. Di lain waktu orang banyak pempertanyakan: "Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu…?” (Mat 13:54). Pilihan ada di tangan anda, menganggap-Nya tidak lebih dari manusia biasa, maka renungkanlah perkataan Yesus: "Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu?”

Pengetahuan-Nya membuka segala rahasia hati membuktikan luar biasanya Manusia Yesus.


III. Karya-Nya yang tidak biasa (ayat 9)
Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan?” (ayat 9).

Pandangan masyarakat zaman itu, ah, sekarangpun masih, mengaitkan sakit penyakit dengan dosa. Pada satu peristiwa, ketika Yesus mau menyembuhkan seorang buta sejak lahir, murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?” (Yoh 9:2). Mari kita simak jawaban Yesus: "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia” (Yoh 9:3). Jawaban Yesus mematahkan pendapat bahwa semua sakit penyakit berasal dari dosa atau setan. Tidak semua penyakit disebabkan dosa pasien. Tergantung kasusnya, dan kita harus cermat dan berhikmat agar jangan tergesa-gesa menghakimi orang yang sedang ditimpa kemalangan adalah orang berdosa. Pasalnya, banyak hamba Tuhan tidak mau peduli faktor lain selain dosa dan setan-setan sebagai dalang penyakit.

Siapapun anda, anda bebas mengaku sebagai apa dan siapa. Tetapi, tidak semua orang akan percaya pada klaim anda. Mereka perlu bukti berdasarkan sebuah pengakuan. Bukti mengalahkan pengakuan. Ayolah, anda perlu bukti, dan orang Yahudi mau  tahu bukti apa yang meyakinkan bahwa dosa orang lumpuh itu sudah diampuni. Kita semua menuntut bukti.

Seorang ahli pengasah batu perhiasan harus dapat membuktikan dirinya terampil membentuk  berbagai motif perhiasan. Anda mengaku seorang arsitek maka anda harus bisa menghasilkan sebuah desain bangunan berasitektur indah. Apabila profesi anda tukang jual obat mujarab sudah seharusnya anda pandai berpromosi walaupun tidak selalu benar klaim tersebut.

Jika Yesus benar adalah manusia Allah, dan adalah Allah, pernyataan tersirat saja tidak cukup. Harus ada yang real yang bisa mematahkan semua sangkaan Yesus menghujat Allah. Ya, keajaiban dan mujizat adalah sebuah alat pembuktian nyata! Manakah lebih mudah, mengatakan, “Aku adalah Allah”, atau “Melakukan sebuah mujizat”? Saya setuju, melakukan jauh lebih sulit daripada pengakuan! Jangan mudah percaya pada pengakuan guru-guru palsu tetapi lihatlah perbuatannya. Pohon yang baik menghasilkan buah yang baik (Mat 7:17).

Menjawab tuntutan ini, Yesus mengajukan pilihan yang tidak biasa, “Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan?” Dengan suara bulat mereka meminta, “yang terakhir”. Pembuktian berlangsung waktu itu juga, segera Yesus berkata: "Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" Tidak pakai lama, seketika itu juga, orang itupun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu.”
Pilihan yang paling sukar sudah tuntaskan oleh Yesus. Ia menjawab keinginan semua orang agar terjadi keajaiban, khususnya pasien dan kawan-kawannya, mendapati fakta yang meyakinkan bahwa Yesus bukan sekedar Nabi biasa. Ia adalah Nabi dan Nabi Ilahi. Yesus adalah Allah dibalut daging.

Perkataan-Nya yang penuh kuasa membuahkan Karya Besar. Kesembuhan Ilahi menjawab semua keraguan sebagian orang, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: "Yang begini belum pernah kita lihat."  Dengan demikian, karya-Nya melampaui kharisma guru-agama manapun. Karya-Nya dipertanyakan, “Dari mana diperoleh-Nya kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu?” (Mat 13:54).

Simak saja jawaban ini, “Pohon yang baik menghasilkan buah yang baik.” Dari kuasa Keilahian-Nya, Ia mengadakan mujizat dan keajaibanpun terjadi.

Perkataan-Nya memberi inspirasi, Hikmat-Nya sebagai sumber kebenaran, dan karya-Nya memberi hidup baru bagi jutaan manusia. Mereka diubahkan untuk mengubah dunia menjadi lebih baik.

Yesus bukan manusia biasa, tetapi Allah dalam rupa Manusia. Dialah Manusia Nomor 1 yang telah mengubahkan kehidupan pribadi jutaan orang. Seorang Tokoh Yang Paling Berpengaruh Sepanjang Zaman.


Selamat hari Minggu, selamat berbakti kepada Tuhan!
TYM


Sumber: https://www.facebook.com/notes/kimhong-nathan/yesus-bukan-manusia-biasa/450285961658493

Tidak ada komentar: