Selasa, 23 Oktober 2012

Zakheus Bukan Gayus Tambunan

Zakheus  Bukan Gayus Tambunan
Nats                : Lukas 19:1-10
Renungan        : Kim Hong Nathan


1) Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. (2) Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya. (3) Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek. (4) Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ. (5) Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." (6) Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita. (7) Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang di rumah orang berdosa." 8) Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." (9) Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi kekepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham. (10) Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."

Sebagai kepala pemungut pajak, Zakheus tidak disukai oleh orang sebangsanya. Ia dianggap sebagai pengkhianat bangsa karena pekerjaannya berpihak kepada kepentingan penjajah Roma. Situasi itu dapat dibandingkan pada saat bangsa Indonesia dijajah oleh bangsa Belanda. Hingga kini, kebencian terhadap ke-Kristen-an masih diidentikkan sebagai agama orang Belanda, agama penjajah. Kebencian orang Yahudi tampak jelas pada ayat 7 di mana pemungut pajak disamakan dengan orang berdosa.

Maraknya kembali pemberitaan kasus sejenis Gayus Tambunan telah “mencoreng reformasi Kementerian Keuangan Republik Indonesia yang sudah digulirkan Sri Mulyani dan menghancurkan citra aparat perpajakan Indonesia” http://id.wikipedia.org/wiki/Gayus_Tambunan. Satu orang makan nangka, yang lain kena getahnya. Pepatah tersebut diberlakukan juga oleh orang-orang Yahudi bagi semua pemungut pajak yang bekerja kepada Pemerintah Romawi. Berabad-abad lamanya, Zakheus dianiaya, baik oleh orang Yahudi, Guru Sekolah Minggu, maupun para Pendeta mendakwa Zakheus adalah seorang Gayus Tambunan, petugas pajak berprilaku korup dan pemeras. Karena alasan itulah mengapa orang banyak bersungut-sungut melihat Yesus mau bertamu ke rumah Gayus Tambunan.

Mengapa Yesus mau bertandang dan menumpang ke rumah Zakheus? Walaupun orang banyak menghakimi Zakheus sebagai orang berdosa karena pekerjaannya sebagai kaki tangan penjajah, Yesus punya pandangan berbeda tentang Zakheus. Kita akan memperhatikan alasan-alasan Yesus menyediakan waktu-Nya memberitakan jalan keselamatan kepada Zakheus.

Pertama, Kerinduan hati Zakheus. Yesus dapat merasakan kerinduan hati Zakheus untuk mengenal siapakah Yesus itu sesungguhnya. Kepekaan Yesus menggugah hati-Nya. Agar persekutuan terjalin erat, Yesus meminta tumpangan ke dalam rumah petugas cukai pemerintah Roma itu. Siraman rohani mengalir ke seluruh ruangan memuaskan dahaga pencari kebenaran. Yesus berbicara tentang Kerajaan, sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera  dan sukacita oleh Roh Kudus (Roma 14:17). Bukan soal bagaimana caranya menumpuk harta agar dihormati dan disukai orang. Kerinduan akan damai sejahtera itulah yang dibutuhkan oleh seorang Zakheus. Ditengah-tengah hujatan bangsanya Zakheus membutuhkan seorang sahabat sejati yang dapat memberikan kedamaian dalam satu hubungan yang istimewa. Walaupun ia seorang konglomerat, namun ia sadar, hartanya yang melimpah tidak dapat menjawab kebutuhan rohaninya yang sangat mendasar, yaitu jaminan keselamatan sorgawi. Yesus Kristus adalah jawaban bagi semua orang untuk mendapatkan kedamaian dan sukacita sorgawi. Yesus Sahabat bagi semua orang.

Selain rindu mengenal Yesus, Zakheus adalah seorang yang memiliki sikap mau mendengar dan belajar dari sumber aslinya. Sikap mau diajar dan belajar Firman Tuhan adalah sikap orang yang rendah hati.

Kedua, Kerendahan hati Zakheus. Usaha kerasnya untuk melihat dan bertemu secara pribadi membuahkan hasil sukacita yang besar, karena pencariannya akan Juruselamat dunia sudah ditemukan. Sekarang dia yakin, siapakah Yesus Kristus sesungguhnya. Bukan lagi kata orang, tetapi kini Zakheus mendengar langsung Injil keselamatan bahwa semua orang perlu keselamatan sejati di dalam nama Anak Allah, yaitu Yesus Kristus. Tanggapan Zakheus dapat diibaratkan seperti Firman Tuhan katakan, “Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun” (Ibrani 3:17-18). Pada waktu itu juga, Zakheus menerima berita keselamatan dengan sukacita. Zakheus yang kaya raya rela merendahkan dirinya di hadapan Yesus, sebagai sikap kerendahan hatinya mau mendengarkan Firman Allah tentang jalan keselamatan. Orang yang rendah hati adalah orang yang siap sedia mendengar Firman Tuhan dan merenungkannya  24 jam. Orang yang sombong dan angkuh menjadikan kekayaannya sebagai pusat kehidupannya.

Pada saat itu juga Zakheus mengimplementasikan berita anugerah Allah kepada semua orang sebagai jawaban bahwa dengan tulus hati ia menerima kebenaran Firman Allah.

Ketiga, Ketulusan hati Zakheus. Walaupun semua orang bersungut-sungut terhadap dirinya, Zakheus tetap berjiwa besar. Ditengah-tengah dakwaan dan cercaan, petobat baru ini  dengan tulus hati mau berbagi kepada sesamanya: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin.” Anda dapat bayangkan, setengah dari kekayaannya dibagi-bagikan, dan orang-orang miskin menerima berkat dari pemungut pajak ini. Sudahkah orang-orang kaya yang bertobat berbagi setengah hartanya kepada tetangganya yang miskin? Atau anda berpikir menjadi Kristen akan semakin menumpuk kekayaan karena kemakmuran sebagai simbol berkat Allah? Celakahlah orang-orang berpikir bisa memperalat Yesus sebagai pengeruk keuntungan! Bagi Zakheus, keselamatan jiwa yang baru saja diperolehnya dari sang Juruselamat tidak dapat dibandingkan dengan kekayaannya. Kerelaannya berbagi kasih kepada orang-orang yang membutuhkan adalah wujud ucapan syukur karena pengampuan dan anugerah Allah yang besar sudah diterimanya.  Pada kesempatan itu, tiba bagi Zakheus menjawab semua prasangka buruk terhadap dirinya. Dihadapan Tuhan, Zakheus memberi kesempatan kepada semua orang untuk tampil mengambil kerugiannya dari Zakheus: “sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat."  Tantangan yang menarik bukan? Apakah Anda koruptor yang sungguh sudah bertobat? Atau anda seorang penipu besar yang baru saja bertobat? Beranikah anda membuat tantangan seperti Zakheus?
Sampai hari ini, Zakheus masih menunggu siapa yang mau mengambil empat kali lipat dari kerugiannya. Ternyata, Zakheus bukan Gayus Tambunan, karena tidak seorang pun mengklaim berhak atas uang empat kali lipat tawaran Zakheus. Sekiranya Gayus Tambunan bertobat dan mengumumkan tawaran ala Zakheus, pasti akan penuh sesak orang-orang antri giliran menerima empat kali lipat kerugian dari Gayus.

Zakheus membuktikan pertobatannya. Firman Tuhan telah mempengaruhi jalan pikirannya sehingga ia mampu mengaplikasikan ke dalam bentuk perbuatan kasih sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan.  Anugerah keselamatan sudah diterimanya melalui iman kepada Yesus Kristus.

Untuk alasan-alasan itulah, Yesus berkata: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham”(9).  Ungkapan ” Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini,” menunjuk kepada Zakheus, dan “karena orang inipun anak Abraham,” mengacu kepada orang beriman yang shaleh. Meskipun Zakheus anak Abraham, namun soal keselamatan ia harus percaya kepada sang Juruselamat, yaitu Yesus Kristus. Firman Allah berkata, “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23). Statusnya, kini sudah dipulihkan menjadi orang yang dibenarkan,  sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman" (Rm 1:17).

Walaupun Zakheus mampu menyanggah tuduhan semua orang yang mendiskreditkan profesinya, kini dia sadar bahwa secara status dia adalah orang berdosa! Orang yang terhilang! Dan ia bergembira atas penegasan yang diberikan Yesus: “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang" (10).

Kekayaan dan kesalehan tidak bisa membeli anugerah keselamatan sorgawi. Mengandalkan amal ibadah hanya menunjukkan betapa sombong dan angkuhnya manusia yang menganggap bisa melakukan transaksi jual beli keselamatan dengan Tuhan. Siapa yang berpikir demikian, renungkanlah perkataan Rasul Paulus ini: “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil amal salehmu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang menyombongkan kan diri, (Efesus 2:8-9).

Oleh karena itu, marilah kita berbeda dari kebiasaan dunia yang menghalalkan segala cara demi melimpahnya harta. Penyalahgunaan jabatan dan profesi hanya akan membawa kita kepada penghakiman Allah. Zakheus bukan Gayus Tambunan.


Sumber: https://www.facebook.com/notes/kimhong-nathan/zakheus-bukan-gayus-tambunan/445927938760962

Tidak ada komentar: