Zakheus Bukan Gayus Tambunan
Nats : Lukas 19:1-10
Renungan : Kim Hong Nathan
1)
Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. (2)
Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia
seorang yang kaya. (3) Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu,
tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek.
(4) Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara
untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ. (5) Ketika Yesus sampai ke
tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun,
sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." (6) Lalu Zakheus segera
turun dan menerima Yesus dengan sukacita. (7) Tetapi semua orang yang
melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang di rumah orang
berdosa." 8) Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan,
setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya
ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali
lipat." (9) Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi kekepada rumah
ini, karena orang inipun anak Abraham. (10) Sebab Anak Manusia datang
untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."
Sebagai
kepala pemungut pajak, Zakheus tidak disukai oleh orang sebangsanya. Ia
dianggap sebagai pengkhianat bangsa karena pekerjaannya berpihak kepada
kepentingan penjajah Roma. Situasi itu dapat dibandingkan pada saat
bangsa Indonesia dijajah oleh bangsa Belanda. Hingga kini, kebencian
terhadap ke-Kristen-an masih diidentikkan sebagai agama orang Belanda,
agama penjajah. Kebencian orang Yahudi tampak jelas pada ayat 7 di mana
pemungut pajak disamakan dengan orang berdosa.
Maraknya
kembali pemberitaan kasus sejenis Gayus Tambunan telah “mencoreng
reformasi Kementerian Keuangan Republik Indonesia yang sudah digulirkan
Sri Mulyani dan menghancurkan citra aparat perpajakan Indonesia”
http://id.wikipedia.org/wiki/Gayus_Tambunan. Satu orang makan nangka,
yang lain kena getahnya. Pepatah tersebut diberlakukan juga oleh
orang-orang Yahudi bagi semua pemungut pajak yang bekerja kepada
Pemerintah Romawi. Berabad-abad lamanya, Zakheus dianiaya, baik
oleh orang Yahudi, Guru Sekolah Minggu, maupun para Pendeta mendakwa
Zakheus adalah seorang Gayus Tambunan, petugas pajak berprilaku korup
dan pemeras. Karena alasan itulah mengapa orang banyak bersungut-sungut melihat Yesus mau bertamu ke rumah Gayus Tambunan.
Mengapa
Yesus mau bertandang dan menumpang ke rumah Zakheus? Walaupun orang
banyak menghakimi Zakheus sebagai orang berdosa karena pekerjaannya
sebagai kaki tangan penjajah, Yesus punya pandangan berbeda tentang
Zakheus. Kita akan memperhatikan alasan-alasan Yesus menyediakan
waktu-Nya memberitakan jalan keselamatan kepada Zakheus.
Pertama, Kerinduan hati Zakheus. Yesus
dapat merasakan kerinduan hati Zakheus untuk mengenal siapakah Yesus
itu sesungguhnya. Kepekaan Yesus menggugah hati-Nya. Agar persekutuan
terjalin erat, Yesus meminta tumpangan ke dalam rumah petugas cukai
pemerintah Roma itu. Siraman rohani mengalir ke seluruh ruangan
memuaskan dahaga pencari kebenaran. Yesus berbicara tentang Kerajaan,
sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi
soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (Roma
14:17). Bukan soal bagaimana caranya menumpuk harta agar dihormati dan
disukai orang. Kerinduan akan damai sejahtera itulah yang dibutuhkan
oleh seorang Zakheus. Ditengah-tengah hujatan bangsanya Zakheus
membutuhkan seorang sahabat sejati yang dapat memberikan kedamaian dalam
satu hubungan yang istimewa. Walaupun ia seorang konglomerat, namun ia
sadar, hartanya yang melimpah tidak dapat menjawab kebutuhan rohaninya
yang sangat mendasar, yaitu jaminan keselamatan sorgawi. Yesus Kristus
adalah jawaban bagi semua orang untuk mendapatkan kedamaian dan sukacita
sorgawi. Yesus Sahabat bagi semua orang.
Selain rindu
mengenal Yesus, Zakheus adalah seorang yang memiliki sikap mau mendengar
dan belajar dari sumber aslinya. Sikap mau diajar dan belajar Firman
Tuhan adalah sikap orang yang rendah hati.
Kedua, Kerendahan hati Zakheus.
Usaha kerasnya untuk melihat dan bertemu secara pribadi membuahkan
hasil sukacita yang besar, karena pencariannya akan Juruselamat dunia
sudah ditemukan. Sekarang dia yakin, siapakah Yesus Kristus
sesungguhnya. Bukan lagi kata orang, tetapi kini Zakheus mendengar
langsung Injil keselamatan bahwa semua orang perlu keselamatan sejati di
dalam nama Anak Allah, yaitu Yesus Kristus. Tanggapan Zakheus dapat
diibaratkan seperti Firman Tuhan katakan, “Sebab itu, seperti yang
dikatakan Roh Kudus: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya,
janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan
di padang gurun” (Ibrani 3:17-18). Pada waktu itu juga, Zakheus menerima
berita keselamatan dengan sukacita. Zakheus yang kaya raya rela
merendahkan dirinya di hadapan Yesus, sebagai sikap kerendahan hatinya
mau mendengarkan Firman Allah tentang jalan keselamatan. Orang yang
rendah hati adalah orang yang siap sedia mendengar Firman Tuhan dan
merenungkannya 24 jam. Orang yang sombong dan angkuh menjadikan
kekayaannya sebagai pusat kehidupannya.
Pada saat itu
juga Zakheus mengimplementasikan berita anugerah Allah kepada semua
orang sebagai jawaban bahwa dengan tulus hati ia menerima kebenaran
Firman Allah.
Ketiga, Ketulusan hati Zakheus.
Walaupun semua orang bersungut-sungut terhadap dirinya, Zakheus tetap
berjiwa besar. Ditengah-tengah dakwaan dan cercaan, petobat baru ini
dengan tulus hati mau berbagi kepada sesamanya: "Tuhan, setengah dari
milikku akan kuberikan kepada orang miskin.” Anda dapat bayangkan,
setengah dari kekayaannya dibagi-bagikan, dan orang-orang miskin
menerima berkat dari pemungut pajak ini. Sudahkah orang-orang kaya yang
bertobat berbagi setengah hartanya kepada tetangganya yang miskin? Atau
anda berpikir menjadi Kristen akan semakin menumpuk kekayaan karena
kemakmuran sebagai simbol berkat Allah? Celakahlah orang-orang berpikir
bisa memperalat Yesus sebagai pengeruk keuntungan! Bagi Zakheus,
keselamatan jiwa yang baru saja diperolehnya dari sang Juruselamat tidak
dapat dibandingkan dengan kekayaannya. Kerelaannya berbagi kasih kepada
orang-orang yang membutuhkan adalah wujud ucapan syukur karena
pengampuan dan anugerah Allah yang besar sudah diterimanya. Pada
kesempatan itu, tiba bagi Zakheus menjawab semua prasangka buruk
terhadap dirinya. Dihadapan Tuhan, Zakheus memberi kesempatan kepada
semua orang untuk tampil mengambil kerugiannya dari Zakheus: “sekiranya
ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali
lipat." Tantangan yang menarik bukan? Apakah Anda koruptor yang sungguh
sudah bertobat? Atau anda seorang penipu besar yang baru saja bertobat?
Beranikah anda membuat tantangan seperti Zakheus?
Sampai hari
ini, Zakheus masih menunggu siapa yang mau mengambil empat kali lipat
dari kerugiannya. Ternyata, Zakheus bukan Gayus Tambunan, karena tidak
seorang pun mengklaim berhak atas uang empat kali lipat tawaran Zakheus.
Sekiranya Gayus Tambunan bertobat dan mengumumkan tawaran ala Zakheus,
pasti akan penuh sesak orang-orang antri giliran menerima empat kali
lipat kerugian dari Gayus.
Zakheus membuktikan
pertobatannya. Firman Tuhan telah mempengaruhi jalan pikirannya sehingga
ia mampu mengaplikasikan ke dalam bentuk perbuatan kasih sebagai
ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan. Anugerah
keselamatan sudah diterimanya melalui iman kepada Yesus Kristus.
Untuk
alasan-alasan itulah, Yesus berkata: “Hari ini telah terjadi
keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham”(9).
Ungkapan ” Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini,”
menunjuk kepada Zakheus, dan “karena orang inipun anak Abraham,” mengacu
kepada orang beriman yang shaleh. Meskipun Zakheus anak Abraham, namun
soal keselamatan ia harus percaya kepada sang Juruselamat, yaitu Yesus
Kristus. Firman Allah berkata, “Karena semua orang telah berbuat dosa
dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23). Statusnya, kini sudah
dipulihkan menjadi orang yang dibenarkan, sebab di dalamnya nyata
kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman,
seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman" (Rm 1:17).
Walaupun Zakheus mampu menyanggah tuduhan semua orang yang mendiskreditkan profesinya, kini dia sadar bahwa secara status
dia adalah orang berdosa! Orang yang terhilang! Dan ia bergembira atas
penegasan yang diberikan Yesus: “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari
dan menyelamatkan yang hilang" (10).
Kekayaan dan
kesalehan tidak bisa membeli anugerah keselamatan sorgawi. Mengandalkan
amal ibadah hanya menunjukkan betapa sombong dan angkuhnya manusia yang
menganggap bisa melakukan transaksi jual beli keselamatan dengan Tuhan.
Siapa yang berpikir demikian, renungkanlah perkataan Rasul Paulus ini:
“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil
amal salehmu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu:
jangan ada orang yang menyombongkan kan diri, (Efesus 2:8-9).
Oleh
karena itu, marilah kita berbeda dari kebiasaan dunia yang menghalalkan
segala cara demi melimpahnya harta. Penyalahgunaan jabatan dan profesi
hanya akan membawa kita kepada penghakiman Allah. Zakheus bukan Gayus
Tambunan.
Sumber: https://www.facebook.com/notes/kimhong-nathan/zakheus-bukan-gayus-tambunan/445927938760962
Tidak ada komentar:
Posting Komentar